Market

Janji Tumbuhkan Ekonomi 8 Persen, Eks Kaukus Nuklir Tantang Prabowo Kembangkan PLTN


Mantan Ketua Kaukus Nuklir Parlemen (2014-2019),  Kurtubi menantang pemerintahan Prabowo-Gibran berani membangun industri nuklir dari hulu hingga hilir, jika ingin mewujudkan pertumbuhan ekonomi tinggi.

Kebetulan, Prabowo pernah menyanggupi pertumbuhan ekonomi 8 persen jika resmi memimpin negeri ini. “Harus diakui, semuanya butuh listrik bersih dari nuklir untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi agar terbebas dari jebakan pertumbuhan yang hanya berputar-putar di level 5 persen. Sekaligus untuk menciptakan udara dan lingkungan yang bersih dan sehat,” kata Kurtubi, Jakarta, Jumat (19/4/2024).

Selain ramah lingkungan, kata Kurtubi, energi nuklir lebih hemat dan efisien digunakan untuk mendukung hilirisasi sumber daya alam.

“Bencana alam yang marak terjadi akhir-akhir ini, seperti udara yang semakin panas, banjir, kenaikan permukaan air laut, longsor, secara teori merupakan bagian dari dampak perubahan iklim. Akibat penggunaan energi kotor yang padat emisi karbon,” kata mantan Anggota Komisi VII DPR asal Partai NasDem itu.

Dia mengatakan, Indonesia kaya akan bahan baku nuklir, baik uranium maupun thorium. Seharusnya digunakan untuk menggerakkan turbin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Soal keamanan, tidak perlu khawatir. “Saat ini, sudah ada PLTN generasi keempat. Tingkat keamanannya lebih sempurna lagi. Selain itu, pembangunannya lebih cepat dan murah,” kata dia.

Selain itu, lanjut Kurtubi, energi nuklir bisa dimanfaatkan untuk PLTN selama 24 jam tanpa henti (nonintermitten).  Dan, energi nuklir bisa menggantikan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) di sektor angkutan laut sipil (niaga) yang sangat cocok di Indonesia. Karena terdiri dari banyak pulau.

Kurtubi menyebut perekonomian China pernah meroket 7-10 persen karena pemerintahannya berani mengembangkan PLTN. Saat ini, negeri Tirai Bambu itu memiliki 50 PLTN. “Ada 20-an unit PLTN lainnya sedang dibangun. Ini menjadikan China sebagai negara dengan jumlah PLTN terbanyak kedua di dunia, setelah Amerika Serikat (AS),” papar Kurtubi.

Setali tiga uang dengan China adalah Singapura. Negara pulau kecil itu, tertarik untuk membangun PLTN. Di kawasan ASEAN, Filipina lebih maju karena sudah mengoperasikan PLTN Bataan yang dibangun di era Marcos.

“Indonesia sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, sejak 1950-an, Presiden Soekarno bercita-cita membangun PLTN. Namun sampai sekarang belum terlaksana,” pungkasnya.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button