Hangout

Haruskah Penderita Diabetes Konsumsi Nasi Dingin?


Nasi sudah menjadi makanan pokok bagi hampir seluruh rakyat Indonesia. Nasi diketahui memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi sehingga kurang baik bila dikonsumsi oleh orang dengan diabetes (diabetisi) dalam jumlah yang banyak. 

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Eka Hospital Bekasi dr. Melisa Diah Puspitasari, Sp.PD menjelaskan, polisakarida dalam nasi akan dipecah menjadi monosakarida atau gula. 

“Hal inilah yang menyebabkan konsumsi nasi berlebih dapat meningkatkan kadar gula darah. Namun demikian bukan berarti diabetisi tidak bisa mengonsumsi nasi sama sekali,” kata Melisa, Jakarta, Sabtu (04/05/2024). 

Ada kabar yang beredar jika nasi yang dikonsumsi dalam keadaan dingin juga memiliki kadar gula yang lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang dikonsumsi saat masih panas. Apakah hal ini benar?

Berapa Jumlah Kalori dan Nutrisi pada Nasi?

Nasi sebagian besar terdiri dari karbohidrat, yang jumlahnya hampir 80 persen dari total berat keringnya. Sebagian besar karbohidrat dalam beras adalah zat pati yang merupakan bentuk karbohidrat kompleks yang paling umum dalam makanan. Selain itu nasi juga mengandung nutrisi lain seperti serat, protein, lemak namun dalam jumlah terbatas.

Standarnya, 1 porsi penyajian nasi putih bisa mengandung setidaknya 100 gram nasi. Ini membuat setiap penyajian nasi akan mengandung hingga 130 kalori yang dapat dibilang cukup tinggi untuk diabetisi. 

“Karena itu diabetisi disarankan untuk membatasi konsumsi nasi putihnya karena dapat menaikan kadar gula darah,” tambahnya. 

Apakah Benar Nasi Dingin Lebih Baik dari Nasi Panas?

Nasi yang disajikan saat panas mengandung kadar karbohidrat yang tinggi karena gula yang terkandung di dalamnya mudah untuk terurai dan diserap oleh sistem pencernaan sehingga dapat menyebabkan lonjakan gula darah setelah makan.

“Bukan berarti kadar gula di dalam nasi yang dingin berkurang. Suhu pada nasi tidak berpengaruh pada kadar gula yang ada di dalamnya, namun nasi yang didinginkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi diketahui akan menghasilkan sebuah zat bernama pati resisten,” katanya. 

Zat pati resisten adalah jenis serat yang tidak dicerna oleh tubuh, sehingga tidak diserap oleh tubuh. Zat tersebut dapat juga difermentasi oleh usus besar yang kemudian akan digunakan sebagai makanan bagi bakteri baik di dalam usus. 

“Proses fermentasi ini dapat menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin dan pengurangan lemak perut yang baik bagi diabetisi,” ujarnya. 

Pati resisten ini biasa ditemukan dalam karbohidrat yang dimasak kemudian didinginkan, salah satunya yaitu nasi dingin. 

Bahkan, zat pati resisten ditemukan lebih banyak pada nasi yang dihangatkan kembali setelah sebelumnya didinginkan. 

“Selain itu nasi dingin yang dihangatkan kembali juga akan mengalami penurunan kandungan nutrisi, termasuk kadar karbohidrat yang lebih rendah jika dibandingkan dengan nasi yang baru dimasak,” ujarnya. 

Nasi yang baru dimasak dapat diletakkan beberapa saat di suhu ruang lalu dimasukkan ke dalam dalam kulkas untuk menghindari pertumbuhan spora dan kuman bila dibiarkan terlalu lama di suhu ruang.

“Selain itu, bisa juga nasi yang disimpan di kulkas dipanaskan kembali sebelum dikonsumsi. Meski nasi dingin tidak dapat menurunkan kadar gula darah, namun mengonsumsi nasi dingin dapat menghambat lonjakan kenaikan kadar gula darah setelah makan,” ujarnya. 

Perlu diingat, hal yang penting dalam mengonsumsi makanan bagi diabetisi adalah porsi dari bahan makanan tersebut. Diabetisi masih dapat mengonsumsi nasi hangat namun dalam jumlah yang tidak banyak. Bukan berarti pula diabetisi yang memilih memakan nasi dingin dapat mengonsumsi dalam porsi yang besar atau bahkan dua piring saji.

Haruskah Mengonsumsi Nasi Dingin Meski Tidak Mengidap Diabetes?

Bagaimanapun pilihan dalam penentuan pola makan adalah hak setiap individu. Mengonsumsi nasi hangat maupun dingin sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga apapun pilihan Anda, bisa disesuaikan dengan cara mengonsumsi makanan, termasuk dalam mengonsumsi nasi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button